Sunday, February 12, 2006

Google....(part 3)

huuaa...ada di koran banjarmasin...

Berita Metropolis
Senin, 20 Oktober 2003
Buah dari Spontanitas
Wika-Ichron NaGa Banjar, Prita Pingsan

BANJARMASIN,- Tak ada yang istimewa dari penampilan Ichron Muftezar. Di tengah penampilan ekselen pesaingnya di ajang pemilihan Nanang dan Galuh (NaGa) Banjar, di Jade Garden Hotel Istana Barito, Sabtu malam lalu, tak terlihat rasa pesimis di rona alumnus STPDN ini. Ia melangkah tenang di catwalk dan menjawab tenang dengan bahasa Banjar setiap pertanyaan yang diajukan.

"Tak ada persiapan khusus, saya hanya mengulang pengetahuan tentang khasanah Banjar saat dikarantina," ucap Ichron, begitu dinobatkan sebagai Nanang Banjar 2003.

Ya, bersama Wika Juliansyah, Ichron berhasil menyisihkan sembilan pesaing ekselennya. Khusus Wika, mahasiswi Fakultas Pertanian Unlam ini, langsung sujut syukur kala dirinya dinobatkan sebagai Galuh Banjar 2003.

"Alhamdulillah," ujar gadis berparas cantik ini. Penobatan Ichron-Wika ini sebelumnya sudah diprediksi Dewi Khrisna, Ning Surabaya yang turut hadir di Banjarmasin.

Saat Ichron-Wika tampil, Dewi melihat sosok keduanya berbeda dengan finalis lain. "Sejak awal, saya lihat Wika lebih menonjol. Ia sepertinya ingin tahu, makanya wajar predikat Galuh ia raih," begitu Dewi Khrisna, mahasiswa Ubaya Surabaya, ini berkomentar saat berbincang singkat dengan Radar Banjarmasin.

Penilaian Dewi makin terlihat setelah Wika-Ichron begitu cerdas -meski tampak sedikit nervous- menjawab pertanyaan tentang kepariwisataan, budaya Banjar dan pemerintahan yang disodorkan MC "Ayuha" Peter-Faridah. Semua pertanyaan dilahap.

Maka, ketika lima juri yang dipercaya memberikan penilaian tak ragu memilih Ichron-Wika sebagai NaGa Banjar. Ichron-Wika dianggap minim melakukan kesalahan. Misalnya, dalam pemakaian laung (ikat kepala), wawasan Banjar keduanya cukup luas. "Dan, kriteria itu dipenuhi Ichron-Wika," ujar seorang juri.

Sementara itu, pemilihan NaGa Banjar 2003 ini diwarnai insiden kecil. Dua orang finalis, Prita Loyta dan Liandini Pangastuti, tak bisa melanjutkan perhelatan. Sekitar pukul 20.35, ia harus digotong ke belakang panggung lantaran pingsan, saat tanya jawab berlangsung.

Sontak, insiden ini membuat panitia kelabakan. Namun, insiden kecil itu tidak menghambat jalannya acara. "Prita sakit maag. Sudah itu, ia juga kecapean," ujar ibunya, sambil mengipas-pigas Prita yang harus berbaring di belakang panggung. Untungnya, Liadini masih bisa meneruskan acara.

Menariknya, pemilihan NaGa Banjar 2003 ini juga disaksikan langsung Jejaka-Mojang Bandung 2003 Taufik Imansyah-Angke Rafawiriski, Jejaka dan Mojang Bandung-Jawa Barat 2002 Satria Yanuar dan Tina Talisa, Cak-Ning Surabaya Dilla Pratiyudha dan Dewi Khrisna dan Mas Jawa Tengah, Widi.

"Tahun depan, wawasan finalis NaGa harus diasah lagi. Saya melihat, wawasan mereka masih kurang tentang budaya Banjar, pemerintahan dan soal lain," ujar Wawali Midfai yang juga hadir.(dig)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home